Selasa, 18 Agustus 2015

Inilah Alasannya, Mengapa Kita Menyukai Bau Kentut Kita Sendiri?


Setiap hari, manusia menghasilkan sekitar 70 miliar kentut - yang berarti kira-kira 10 diantaranya adalah milik anda! Tapi kenapa rasanya kentut kita sendiri tidak sebau kentut orang lain? Mengapa
kita menyukai bau kentu kita sendiri?

Kita 'akrab' dengan bau kentut kita sendiri

Walaupun terdengar lucu, ilmuan telah membuktikan melalui sebuah uji mencium bau dengan mata tertutup, bahwa kita lebih menyukai bau kita sendiri daripada bau orang lain.

Sederhananya, semakin akrab kita dengan sesuatu, apakah itu lagu, gambar atau bahkan bau, maka semakin kita menyukainya. Dan karena populasi bakteri yang menghasilkan bau di tubuh kita berbeda antar individu, meyebabkan kentut kita  memiliki 'merek' (bau) yang unik, dimana hanya hidung kita yang bisa membedakannya.

Rasa jijik pada bau orang lain adalah bentuk pertahanan diri

Dilihat dari sudut pandang evolusi, reaksi jijik kita terhadap bau orang lain kemungkinan merupakan upaya otak kita untuk mencegah diri kita membahayakan tubuh kita sendiri; khususnya jika berinteraksi dengan sumber penyakit. Secara kebetulan, kebanyakan benda yang berbau tidak sedap biasanya tidak baik untuk tubuh kita, dan jika risiko penyakit yang ditimbulkan semakin besar, maka respons kita akan semakin intens. Misalnya ketika kita melihat kotoran kucing di gang-gang dekat rumah, secara otomatis tubuh kita akan berusaha menghidarinya.

Kentut dapat meyebarkan penyakit

Secara mengejutkan, ternyata kentut dapat menyebarkan penyakit. Bahkan, ada banyak kasus yang melaporkan bahwa kentut menyebarkan bakteri Streptococcus pyogenes, sebuah patogen yang dapat menyebabkan tonsilitis (radang amandel), scarlet fever (skarlatina), sakit jantung dan bahkan penyakit yang dapat memakan daging anda.

Patogen ini dikeluarkan dalam bentuk materi/partikel kotoran di udara. Tentu saja hal ini hanya akan menjadi masalah jika kita hidup dalam keadaan telanjang seperti nenek moyang kita, sedangkan bagi kita yang saat ini sudah memakai celana dan daleman, kentut bukanlah menjadi suatu ancaman.

Kita beradaptasi pada bau tubuh kita

Untung saja kita beradaptasi untuk menyukai bau tubuh kita, jadi kita dapat membersihkan tubuh kita tanpa rasa jijik. Dengan cara yang sama, seorang ibu juga tidak terlalu jijik pada 'poop' anaknya, sehingga dia dapat membersihkannya tanpa rasa jijik. (Bayangkan jika semua ibu merasa jijik dengan kotoran anaknya).
Tentu saja mungkin sebagian dari anda "merasa bahwa kentut sama sekali bukan merupakan hal yang menjijikkan", dan anda tidak sendirian mengenai hal ini. Persepsi terhadap rasa jijik merupakan kombinasi dari beberapa variabel seperti umur, jenis kelamin, budaya dan bahkan kepribadian. Hal ini sangat besar pengaruhnya, sehingga orang yang cemas biasanya lebih sensitif terhadap bau daripada orang yang suka bertualang dan mencari teman.

Faktor 'kejutan' mempengaruhi respon anda terhadap kentut 

Anterior cingulate cortex, yaitu bagian otak yang memproses rasa kaget, juga sangat berpengaruh terhadap respon anda terhadap kentut, Jika kita sendiri yang kentut, kita sadar, sehingga otak kita dapat mengantisipasi dan mentolerir baunya. Namun ketika seseorang mengeluarkan kentut yang mematikan secara diam-diam di dalam ruangan yang ramai (misalnya kelas),  harapan otak anda tentang kenyataan akan diremukkan oleh rangsangan negatif dari bau kentut, sehingga anda mencium bau yang tidak enak. 
Jadi, jika nanti anda merasa ingin kentut, jangan malu untuk memberi peringatan pada orang di sekitar anda. Kecuali, tentu saja.., jika anda sendirian, maka silahkan anda bersenang-senang dengan bau 'kehormatan' anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar